Menggali Aspek Kebudayaan Dalam Perilaku Manusia
Menggali Aspek Kebudayaan Dalam Perilaku Manusia – Perwujudan kebudayaan berupa benda-benda ciptaan. Sedangkan yang dimaksud dengan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda ciptaan manusia sebagai makhluk kebudayaan yang berupa tingkah laku dan benda-benda yang bersifat nyata, seperti pola tingkah laku, bahasa, peralatan rumah tangga, organisasi kemasyarakatan, agama, seni, dan lain-lain. semuanya diciptakan untuk membantu orang menjalani kehidupan sosial.
Wujud kebudayaan yang ideal adalah kebudayaan yang berupa kumpulan gagasan, konsep, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain yang bersifat abstrak; tidak dapat disentuh atau disentuh.
Menggali Aspek Kebudayaan Dalam Perilaku Manusia
Bentuk kebudayaan ini hidup di kepala atau pikiran warga. Apabila suatu komunitas menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, maka budaya idealnya terdapat pada esai dan buku yang ditulis oleh para penulis komunitas tersebut.
Kenali Unsur-unsur Judi Dan Hikmah Meninggalkan Perbuatan Haram Ini
Aktivitas merupakan suatu wujud kebudayaan sebagai aktivitas yang berpola dari orang-orang dalam masyarakat tersebut. Bentuk ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak dan berinteraksi dengan orang lain menurut pola tertentu berdasarkan adat istiadat dan kode etik. Bersifat konkrit, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat diamati dan didokumentasikan.
Artefak adalah suatu wujud kebudayaan fisik yang berupa benda atau benda yang dapat disentuh, dilihat, dan didokumentasikan berupa segala kegiatan, tindakan, dan hasil karya orang-orang yang hidup dalam masyarakat. Sifatnya merupakan yang paling konkrit dari ketiga bentuk kebudayaan tersebut.
Misalnya: wujud ideal kebudayaan yang mengatur dan mengarahkan perbuatan (action) dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan bentuknya, kebudayaan dapat digolongkan menjadi dua komponen utama, yaitu kebudayaan materi dan kebudayaan non materi.
Kebudayaan material berarti ciptaan nyata dan konkrit dari seluruh masyarakat. Budaya material ini meliputi temuan-temuan dari penggalian arkeologis:
20 Contoh Sikap Bela Negara Yang Harus Diketahui
Mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dll. Budaya material juga mencakup hal-hal seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan takbenda merupakan ciptaan abstrak yang diwariskan secara turun-temurun, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, lagu daerah, atau tarian.
Melville J. Herskovits berpendapat bahwa kebudayaan memiliki 4 unsur dasar, yaitu: (1) sarana teknologi; (2) sistem perekonomian; (3) keluarga; dan (4) kekuasaan politik.
Pada saat yang sama, Bronisław Malinowski juga mengemukakan bahwa kebudayaan memiliki 4 unsur dasar, yang meliputi: (1) sistem norma yang memungkinkan terjadinya kerjasama antar anggota masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan alam; (2) organisasi ekonomi; (3) sumber daya dan lembaga atau pejabat pendidikan (keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama); dan (4) organisasi kekuasaan (politik).
Field Trip Sosial Budaya Dan Edukasi Anak
Koentjaraningrat (1986) menjelaskan kebudayaan terdiri dari tujuh unsur, antara lain: (1) bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) organisasi sosial; (4) peralatan dan sistem teknologi berenergi; (5) sistem subsisten; (6) sistem keagamaan; (7) seni. Penting sekali untuk mengedepankan unsur budaya asli dalam bahasa, karena bahasa lebih mudah dikenali dibandingkan unsur lainnya. Setiap orang boleh saja menggunakan dan menggunakan unsur budaya lain, namun ketika berbicara akan terlihat jelas siapa penuturnya dan dari daerah mana melalui bahasa dan dialek yang digunakan.
Unsur budaya lain yang patut diunggulkan masyarakat Sukabumi adalah sistem pengetahuan. Bagaimana sistem pengetahuan yang berkembang di Sukabumi, tradisional atau modern? Unsur budaya bersifat universal, artinya sistem pengetahuan milik setiap orang dapat dipertukarkan di belahan dunia mana pun. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap daerah mempunyai keunikan tersendiri dalam menemukan dan menerapkan ilmu tersebut.
Secara umum, sistem pengetahuan tradisional Sukabumi dipengaruhi oleh cara masyarakat Sunda mengolah dan mengelola alam. Konon kehidupan masyarakat Sunda selalu selaras dengan alam sejak masa revolusi agraria. Sebagai bagian dari Zonda, masyarakat Baduy masih menganut kepercayaan nenek moyang mereka untuk menjaga alam. Beberapa kembanuh, misalnya: lojor teu tetu potong, gubuk teu tetu sambung (jangan potong panjang, jangan sambung pendek) menunjukkan dalam beberapa konteks betapa pentingnya kelestarian alam bagi masyarakat Sudan.
Dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup, sistem pengetahuan masyarakat Sudan pada zaman tradisional sangat memperhatikan keterkaitan dan hubungannya dengan alam. Masyarakat Ngahuma (pertanian) mengembangkan sistem pertanian tradisional. Sampai saat ini sistem pertanian di wilayah selatan Kota Sukabumi (Kecamatan Barose, Sibeureum dan Lembursit) masih dikelola oleh sebagian kecil masyarakat. Peralihan cara bertani tradisional ke cara bertani modern memang telah mengubah paradigma petani dari menggunakan alat tradisional menjadi lebih mekanis. Namun pada hakikatnya sistem pertanian dan peternakan yang dikembangkan selama ini masih menunjukkan keterkaitan antara masa lalu dan masa kini.
Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Bijak: Edukasi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Untuk Pariwisata Desa Berkelanjutan
Sistem pengetahuan yang dikembangkan masyarakat pertanian, selain penciptaan alat-alat pertanian, juga menciptakan keterhubungan antara kehidupan manusia, musim, dan waktu. Nama-nama zaman dalam adat istiadat Sudan erat kaitannya dengan kebiasaan tersebut, misalnya wanci pecat sawed lahir sebagai bagian dari kegiatan pertanian tradisional, antara pukul 10 hingga 11 para petani membuka bajaknya sebagai persiapan istirahat.
Kebiasaan nenek moyang ini secara alami dilestarikan oleh generasi berikutnya. Orang Sunda tidak berani melanggar waktu yang telah ditentukan. Jika petani tetap membajak sawah pada saat wanci lingsir ngulon (saat matahari sudah bergerak ke barat), maka dianggap melanggar aturan (pamali). Melanggar kata “sedikit” berarti bersedia menerima akibat dan akibatnya.
Masyarakat Sukabumi yang menganut tradisi Sudan menciptakan beragam perangkat. Sistem usahatani yang dikembangkan menuntut masyarakat adat untuk memikirkan secara matang mengenai alat dan kebutuhan yang perlu dipersiapkan pada awal musim tanam, pertengahan musim, dan menjelang musim panen. Pengetahuan mereka tentang pola iklim dan cuaca, perhitungan musim bercocok tanam dan pantangan-pantangan yang harus dihindari saat bertani merupakan pengetahuan yang mereka miliki dan bersifat unik.
Masyarakat Sudan harus menggali hal-hal ini dan menemukannya kembali. Bagi masyarakat Sukabumi tentunya harus bisa mengkaji ciri-ciri dari tradisi-tradisi tersebut di atas, yang mungkin bisa menjadi petunjuk bahwa sistem pengetahuan tersebut berkembang di Sukabumi.
Unsur Kebudayaan Indonesia Dan Penjelasannya, Simak Pengertian, Wujud, Dan Komponennya
Kita sering menemukan bahwa sistem pengetahuan tradisional dan modern tampak bertentangan atau bertentangan satu sama lain. Cara tradisional seringkali dianggap kuno, ketinggalan jaman dan tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Pengaruh pandangan dunia para ilmuwan Barat sangat kuat.
Memang jika melihat sejarah perkembangan ilmu pengetahuan manusia, selalu terjadi pertentangan antara pendukung tradisionalisme dan modernisme menurut zamannya. Tradisionalisme selalu disamakan dengan mitos, takhayul, dan bid’ah. Orang-orang yang hidup di kemudian hari atau di generasi berikutnya, ketika menemukan teori-teori baru tentang keberagaman, langsung merasa bahwa cara-cara lama sudah ketinggalan zaman, bahwa pemikiran-pemikiran lama telah digantikan oleh cara pandang yang lebih baru. Konflik pendapat dan pengetahuan sering terjadi dan tidak dapat dihindari, mungkin hingga saat ini.
Jika dipikir lebih dalam, nyatanya tradisi dan masa kini sama sekali tidak bertolak belakang secara diametris. Sebelum zaman Copernicus, kebanyakan orang menganut geosentrisme, artinya bumi adalah pusat tata surya. Pada fase berikutnya, kaum heliosentris menolak teori geosentris. Peralihan pendapat ini melahirkan perselisihan tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, namun juga konflik yang kasat mata, saling serang antara pendukung geosentrisme dan pendukung teori baru.
Padahal, kesalahpahaman tersebut hanya sebatas pemahaman saja, geosentrisme dan heliosentrisme dipandang hanya sebagai dua teori yang hanya fokus pada ranah fisik. Inti dari teori ini adalah Bumi sebagai pusat kehidupan dan Matahari sebagai pusat tata surya, kedua prinsip ini tidak bertentangan.
Aksi Nyata: Perspektif Sosial-kultural Dalam Pendidikan Indonesia (topik 1)
Dalam masyarakat Sudan, konflik pendapat seperti yang disebutkan di atas sebenarnya tidak terjadi. Hal ini membuktikan pengalaman nenek moyang kita dalam penerapan penting ilmu pengetahuan di masyarakat. Misalnya, nenek moyang orang Sudan tidak pernah menyajikan pernyataan dalam bentuk leksikal, langsung, dan definitif. Mereka cenderung menciptakan simbol-simbol dan mengungkapkan sudut pandang dalam bentuk teka-teki silang atau metafora. Hal ini dilakukan agar generasi mendatang tidak bertengkar dalam ranah tekstual, melainkan mengajak mereka untuk memikirkan secara mendalam simbol-simbol yang ada dan mengungkapkannya secara kontekstual.
Nenek moyang kita memahami bahwa perkembangan pemikiran manusia pada akhirnya akan mengubah cara pandang manusia terhadap realitas. Oleh karena itu, pepatah miindung ka time mibapa ka jaman (menyesuaikan diri dengan zaman dan perkembangan) sesekali terdengar di masyarakat Sudan.
Pepatah di atas banyak disalahartikan, seolah-olah beradaptasi dengan perkembangan zaman dan berevolusi dimaknai sebagai sikap kita untuk meninggalkan kebiasaan lama dan menggantinya dengan kebiasaan baru. Pandangan inilah yang mengungkap konflik antara tradisi dan modernitas. Yang perlu dilakukan adalah kita melihat tradisi-tradisi yang diciptakan oleh nenek moyang kita sebagai syarat untuk berkembang dan beradaptasi dengan cara pandang modern. Jika tidak demikian, keengganan kita untuk mengakui sistem pengetahuan yang diciptakan nenek moyang kita akan terus menghambat kajian sistem pengetahuan Kasundaan dan Kasukabumi.
Meski masyarakat modern sudah terbiasa menggunakan jam untuk menunjukkan waktu, namun tidak salah jika masyarakat Sukabumi modern masih mengandalkan istilah wanci untuk menunjukkan waktu. Kalau boleh jujur, penggunaan jam tangan untuk mengetahui waktu sebenarnya hanya identik dengan aktivitas kerja pada umumnya, seperti waktu kerja, waktu belajar, waktu istirahat, dan waktu makan. Sedangkan penggunaan wanc menunjukkan secara detail kesesuaian antara waktu dan tindakan yang dilakukan.
Festival Senam Kreasi Nusantara 2021: Kreasikan Budaya Nusantara Melalui Senam
Istilah budak wanci sareureuh (istirahat anak) pada malam hari menunjukkan bahwa sebaiknya anak beristirahat pada waktu tersebut. Jam modern melihatnya secara berbeda, setiap orang dapat beristirahat kapan saja dan kapan saja. Waktu dalam tradisi Sudan menuntut kemurnian jam biologis atau hak tubuh manusia. Namun sekali lagi, hal ini bukanlah suatu kontradiksi yang perlu dihadapi secara langsung. Hal ini menunjukkan tidak adanya permasalahan yang serius dan mendasar antara sistem pengetahuan tradisional dan modern. Apa yang kita anggap modern saat ini, akan dianggap usang dalam puluhan atau ratusan tahun mendatang. Fungsi sosial budaya merupakan salah satu fungsi keluarga yang mempunyai peranan penting dalam membawa kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan budaya bangsa. semua anggota keluarga. Sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, keluarga merupakan pintu pertama dan utama yang memungkinkan seluruh anggota keluarga dapat menjadi sekaligus.